This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, June 20, 2012

Analisis Kesalahan pada Penulisan Laporan Praktik Kimia dalam Bahasa Inggris


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Semua siswa di Indonesia telah mengenal Bahasa Inggris, mata pelajaran di sekolah yang telah diajarkan bertahun-tahun. Bahasa Inggris mulai diperkenalkan kepada siswa ketika mereka duduk di bangku SD, bahkan sekarang banyak siswa Taman Kanak-Kanak yang telah mempelajari Bahasa Inggris, dan sebagian dari mereka mengambil kursus Bahasa Inggris di luar sekolah. Namun bagaimanapun juga, banyak siswa yang gagal menguasai Bahasa Inggris yang telah mereka pelajarai lebih dari tujuh tahun di sekolah. Permasalahan yang mempengaruhi keadaan tersebut, mungkin karena keberadaan Bahasa Inggris di Indonesia dianggap sebagai bahasa asing (foreign language), bukan sebagai bahasa kedua (second language).
            Indonesia bukan suatu negara yang masyarakatnya berbahasa Inggris dalam aktivitas mereka, sehingga Bahasa Inggris jarang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Keadaan komunitas yang demikian tentu saja tidak mendukung siswa untuk dapat menguasai Bahasa asing tersebut dengan mudah, sehingga banyak kesalahan yang mereka buat pada saat berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Sebaliknya, siswa yang mempelajari Bahasa Inggris di suatu negara yang masyarakatnya menggunakan Bahasa Inggris (English speaking environment), dapat menunjukkan kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dengan baik, karena mereka mempelajari unsur bahasa dan budaya dari segala aspek secara bersamaan yang kemudian terintegrasi dalam kemampuan berbahasa mereka. Namun demikian, kondisi tersebut tidak menjamin dengan pasti bahwa mereka juga menguasai tata bahasa asing tersebut dengan baik, apabila mereka tidak benar-benar memperhatikan dan mengerti struktur bahasa asing tersebut. Kesalahan tata bahasa dan struktur kalimat tetap tidak dapat dihindarkan. Dalam beberapa kasus, orang yang pernah tinggal di luar negeri, dimana komunitasnya menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, pada umumnya mereka mempunyai kemampuan untuk berbicara dalam Bahasa Inggris, namun tidak dengan aturan tata bahasa yang baik karena mereka menguasai bahasa tersebut tanpa mengalami proses pembelajaran di kelas sehingga dalam berkomunikasi mereka tidak memperhatikan tata bahasa (grammar). Berbeda dengan siswa yang menguasai Bahasa Inggris dengan mengalami proses pembelajaran di kelas. Untuk dapat menguasai bahasa asing tersebut, siswa yang tinggal di lingkungan berbahasa Inggris harus memperhatikan (noticing) dan mengerti (understanding) bahasa tersebut. Dengan noticing, siswa dapat memperoleh input dan intake dari lingkungan, sedangkan dengan understanding, siswa dapat mengetahui bagaimana membangun suatu kalimat yang terstruktur dengan baik. Dengan demikian, noticing dan understanding sangat penting untuk dapat meningkatkan kemampuan menguasai bahasa asing tersebut, sedangkan siswa yang tidak tinggal dalam lingkungan berbahasa Inggris dapat menguasai bahasa tersebut dengan berinteraksi dengan guru dan teman-temannya di sekolah. Oleh sebab itu, guru Bahasa Inggris sebagai fasilitator, harus memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menggunakan  Bahasa Inggris di kelas.  Dengan demikian, siswa dapat menguasai tata bahasa (communicative competence) dan mempunyai kesempatan menggunakan Bahasa Inggris (communicative performance) di sekolah.
            Pembelajaran bahasa biasanya diawali dengan mempelajari unsur tata bahasa (grammar) yang kemudian dihubungkan dengan mempelajari struktur bahasa. Di awal pembelajaran, guru biasanya menerangkan suatu tata bahasa (grammar) dan memberikan latihan kepada siswa untuk membuat suatu kalimat berdasarkan pola kalimat yang telah diajarkan. Sebagian siswa mungkin dapat menguasai materi tersebut dengan cepat dan dapat menggunakan pola tata bahasa tersebut dalam speaking apabila mereka benar-benar memperhatikan (noticing) dengan seksama. Namun demikian, kegagalan menguasai materi tersebut dengan baik dapat juga terjadi pada beberapa siswa sehingga kesalahan dalam berbahasa tidak dapat dihindarkan. Error analysis (menganalisa kesalahan) adalah untuk mengetahui apakah error yang terjadi itu karena overgeneralization, interlingual, atau intralingual.           
Masalah yang dianalisa dalam penelitian ini adalah seberapa besar kesalahan (error) tata bahasa yang dilakukan siswa dalam membuat suatu laporan praktik kimia dalam Bahasa Inggris. Fokus dari penelitian ini adalah menganalisa kesalahan tata bahasa yang dibuat siswa dalam penulisan laporan praktik kimia dalam Bahasa Inggris. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini karena ingin mengetahui pada bagian apa siswa sering melakukan errors dalam menyusun kalimat, dan menganalisa apakah kesalahan tata bahasa yang dibuat siswa tersebut termasuk katagori interlingual error, intralingual error atau overgeneralization sehingga dapat diketahui adanya transfer atau tidak dari L1 ke L2.

1.2.  Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui letak kesalahan tata bahasa (error analysis) yang sering dibuat siswa pada penulisan laporan praktik kimia dalam Bahasa Inggris. Dengan kata lain, penulis ingin mengetahui jenis kesalahan tata bahasa yang dibuat oleh siswa dalam penulisan laporan praktik kimia tersebut.



1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu analisis kemampuan Bahasa Inggris siswa dalam membuat suatu penulisan laporan praktik kimia dalam Bahasa Inggris. Analisis tersebut difokuskan pada errors atau kesalahan tata bahasa yang dibuat oleh siswa dalam membuat laporan tersebut. Tujuan dari penelitian tersebut adalah :
  • Untuk mengetahui errors (kesalahan) tata bahasa yang dibuat oleh siswa merupakan  interlingual error , intralingual error, atau overgeneralization.
  • Untuk mengetahui errors tersebut terjadi karena adanya transfer dari L1 ke L2 atau karena faktor lain.
  • Untuk mengetahui area kesalahan tata bahasa yang sering dibuat siswa dalam penulisan laporan tersebut.

1.4. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran bahasa biasanya diawali dengan mempelajari unsur tata bahasa (grammar) yang kemudian dihubungkan dengan mempelajari struktur bahasa. Di awal pembelajaran, guru biasanya menerangkan suatu tata bahasa (grammar) dan memberikan latihan kepada siswa untuk membuat suatu kalimat berdasarkan pola kalimat yang telah diajarkan. Sebagian siswa mungkin dapat menguasai materi tersebut dengan cepat dan dapat menggunakan pola tata bahasa tersebut dalam speaking apabila mereka benar-benar memperhatikan (noticing) dengan seksama. Namun demikian, kegagalan menguasai materi tersebut dengan baik dapat juga terjadi pada beberapa siswa sehingga kesalahan dalam berbahasa tidak dapat dihindarkan.
Error analysis (menganalisa kesalahan) adalah untuk mengetahui apakah error yang terjadi itu karena overgeneralization, interlingual, atau intralingual. Penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis kesalahan tata bahasa yang dibuat oleh siswa dalam penulisan laporan praktik kimia. Khususnya pada mahasiswa semester II tahun akademik 2008/2009 di Akademi Kimia Analisis Bogor.

1.5.  Kontribusi Penelitian
Penelitian ini memberikan kontribusi kepada bidang ilmu Bahasa Inggris karena dapat menunjukkan kepada pengajar Bahasa Inggris area kesalahan tata bahasa yang sering dibuat oleh siswa, sehingga mereka dapat memberikan perhatian yang lebih besar pada bagian tersebut. Hasil yang diharapkan siswa dapat menulis laporan dalam Bahasa Inggris dengan benar.

1.6. Metode Penelitian
Peneliti menggunakan analisis untuk mengumpulkan data berdasarkan penulisan laporan yang telah dibuat siswa, yaitu tentang hasil praktik kimia yang telah mereka lakukan di laboratorium kimia. Sample yang diambil adalah mahasiswa semester II, kelas A dan B, tahun akademik 2008/2009, Akademi Kimia Analisis Bogor. Data yang diperoleh akan diolah berdasarkan jumlah kesalahan tata bahasa yan dibuat oleh siswa dengan menggunakan uji kualitatif.








BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA

Siswa yang belajar Bahasa Inggris sebagai bahasa asing selalu memperhatikan kesalahan bahasa yang dibuat pada saat mereka berbicara atau menulis dalam Bahasa Inggris. “An FL learner’s language is perhaps never more interesting than when she gets things wrong. When she produces correct, error-free utterances, they may tell us little about what is going on in her mind. But as soon as an error is made, we can look at its nature and try to work out why it was made” (Johnson, 2001:59).
 Hasil penguasaan Bahasa Inggris akan tampak berbeda antara seseorang yang menguasai Bahasa Inggris di sekolah dengan seseorang yang menguasai Bahasa Inggris tanpa memperoleh pengalaman di kelas Bahasa Inggris. Siswa yang belajar Bahasa Inggris di kelas akan mengetahui dan menyadari ketika mereka membuat suatu kesalahan bahasa dalam percakapan atau penulisan , sehingga mereka akan sibuk untuk berusaha memperbaiki kesalahan tersebut. Usaha yang demikian disebut self correction, karena siswa tersebut mempunyai ilmu tata bahasa baku Bahasa Inggris yang telah dipelajari di kelas. Lain halnya dengan seseorang yang menguasai Bahasa Inggris tanpa belajar di kelas, namun karena tinggal di luar negeri dimana lingkungannya menggunakan Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi. Orang tersebut tidak terlalu memperhatikan kesalahan (error) dalam berbahasa karena mereka tidak mempunyai ilmu tata Bahasa Inggris yang benar. Contoh lainnya adalah pidgins, yaitu orang yang mempelajari dan menerapkan suatu bahasa tanpa native speaker dan tanpa belajar di kelas. “Pidgin languages are contact varieties without native speakers, which arise in settings of military or trade contact, slavery or plantation labour” (Sebba 1997 as quoted in Mitchell & Myles, 2004:226).
            By comparison with other natural languages, pidgins appear simplified in characteristic ways, having the following cluster of grammatical features:
§  no definite or indefinite articles
§  no copula to be (at least in present tense)
§  tense, aspect, modality and negation marked externally to the verb – often by a content word like an adverb
§  no complex sentences (therefore, e.g. no relative clauses)
§  no passive forms
§  very few or no inflections for number, case, tense, etc.
§  analytical constructions used to mark possessive, for example X of Y rather that Y’s X (Sebba 1997 as quoted in Mitchell & Myles, 2004:226).

Transfer language terjadi apabila bahasa ibu dipengaruhi dengan kuat oleh L2 (bahasa kedua). Ada dua macam transfer : positive dan negative transfer. “Positive transfer is where the two habits share common aspects, such that knowing one will help with learning the other. So if you are learning to ride a motor bike, it may be that being able to ride a normal bicycle will help the process. In this case we would say that there is positive transfer from bicycle to motor riding. Negative transfer is also called interference. When I bought my new car, the direction indicator (to signal a left or right turn) was on the side of the steering wheel where my old car had its windscreen wiper. The result was that for my first few weeks in the new car, every time I wanted to turn left, the windscreen would get cleaned” ( (Johnson, 2001:60). Contoh transfer adalah ketika siswa mengatakan different with yang seharusnya different from karena dalam Bahasa Indonesia arti dari different from adalah berbeda dengan, sehingga siswa memproduksi kata-kata different with. Demikian pula dengan kata-kata ‘membuat suatu kesimpulan’, siswa mengatakan making a conclusion yang seharusnya adaah drawing a conclusion. ‘Saya pergi ke museum’ diartikan I visit to museum, yang seharusnya I visit museum. Hal tersebut karena adanya transfer dari L1 ke L2.
Many people who communicate across linguistic and cultural boundaries have experienced communication breakdowns with people from different first language (L1) backgrounds. Sociolinguists recognize that such intercultural miscommunication is partly due to different value systems underlying each speaker’s L1 cultural groups” (Chick, 1996:329 as quoted in Jing Qu, 2005:66). This phenomenon is referred to as sociolinguistic transfer, defined as “the use of the rules of speaking of one’s own speech community or cultural group when interacting with members of another community or groups” (Chick, 1996:332 as quoted in Jing Qu, 2005:66).

Error Definition
“Errors can be described as errors of addition, omission, substitution, and ordering, following standard mathematical categories. In English a “do” auxiliary might be added (Does can he hinge?), a definite article omitted (I went to movie), an item substituted (I lost my the road), or a word order confused (I to the store went). But such categories are clearly very generalized within each category, levels of language can be considered: phonology or orthography, lexicon, grammar, and discourse” (Brown, 1980:168). Menurut Brown, error (kesalahan) dapat digambarkan sebagai kesalahan penambahan (addition), penghilangan (omission), penyisipan (substitution) dan penyusunan (ordering) kata atau kalimat. Dalam Bahasa Inggris dapat terjadi kesalahan penulisan kata kerja bantu ‘do’ dengan menambah modal auxiliary (Does can he hinge?), penghilangan definite article (I went to movie), penyisipan suatu kata (I lost my the  road), atau penyusunan kalimat yang salah (I to the store went).
            According to Norrish (1987:7), the two definitions of error are (1) error is a systematic deviation, when a learner has not learnt something and consistently gets it wrong , and (2) errors are systematic deviations from the norms of the language being learned. It seems that the phrase systematic deviation in these definitions is a key word which can be interpreted as the deviation which happens repeatedly. Menurut Norrish, ada dua definisi error, yaitu (1) error adalah suatu ‘penyimpangan’ yang sistematis, ketika siswa tidak mempelajari sesuatu (tidak mengetahui ilmu tersebut) dan secara konsisten melakukan suatu kesalahan, (2) error adalah ‘penyimpangan’ yang sistematis dari suatu norma (aturan) bahasa yang sedang dipelajari. Dalam hal ini ‘penyimpangan sistematis’ yang dimaksud adalah suatu kata tertentu yang diinterpretasikan suatu penyimpangan yang terjadi berulang kali.

Overgeneralization,  Interlingual, dan  Intralingual
Brown (1980:173-181) classifies sources of error into (1) interlingual transfer, that is the negative influence of the mother tongue of learner, (2) intralingual transfer, that is the negative transfer of items within the target language. In ordering words, the incorrect generalization of rules within the target language, (3) context of learning, which overlaps both types of transfer, for example, the classroom with its teacher and its  materials in the case of school learning or the social situation in the case of untutored second language learning. In a classroom context the teacher or textbook can lead the learner to make wrong generalization about the language, (4) communication strategies. It is obvious that communicative strategy is the conscious employment of verbal mechanisms for communicating an idea when linguistic forms are not available to the learner for some reasons. Menurut Brown, ada empat sumber error, yaitu (1) interlingual transfer, yaitu pengaruh negative dari bahasa ibu, (2) intralingual transfer, yaitu negative transfer dari kata-kata dalam bahasa asing itu
sendiri. Misalnya pada saat penyusunan kalimat terjadi kesalahan penulisan tata bahasa dan sebagainya, (3) konteks pembelajaran, dimana guru atau textbook dapat menjadi sumber kesalahan sehingga bisa menyebabkan kesalahan secara interlingual atau intralingual, (4) strategi komunikasi yang biasanya dilakukan dengan penuh kesadaran untuk menutup suatu kelemahan.

BAB  III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1.  Tujuan Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu analisis kemampuan Bahasa Inggris siswa dalam membuat suatu penulisan laporan praktik kimia dalam Bahasa Inggris. Analisis tersebut difokuskan pada errors atau kesalahan tata bahasa yang dibuat oleh siswa dalam membuat laporan tersebut. Tujuan dari penelitian tersebut adalah :
  • Untuk mengetahui errors (kesalahan) tata bahasa yang dibuat oleh siswa merupakan  interlingual error,  intralingual error atau overgeneralization.
  • Untuk mengetahui errors tersebut terjadi karena adanya transfer dari L1 ke L2 atau karena faktor lain.
  • Untuk mengetahui area kesalahan tata bahasa yang sering dibuat siswa dalam penulisan laporan tersebut.
3.2.  Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan kontribusi kepada bidang ilmu Bahasa Inggris karena dapat menunjukkan kepada pengajar Bahasa Inggris area kesalahan tata bahasa yang sering dibuat oleh siswa, sehingga mereka dapat memberikan perhatian yang lebih besar pada bagian tersebut. Hasil yang diharapkan siswa dapat menulis laporan dalam Bahasa Inggris dengan benar.

Friday, June 15, 2012

PENTINGNYA MEMPELAJARI BAHASA INGGRIS SEJAK USIA DINI


PENTINGNYA MEMPELAJARI BAHASA INGGRIS SEJAK USIA DINI
 

Mengapa Bahasa Inggris penting untuk dipelajari?
Memasuki era globalisasi ini, Bahasa Inggris tidak dianggap sesuatu yang asing lagi bagi pelajar di Indonesia. Dulu Bahasa Inggris dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti. Namun seiring dengan perkembangan tekhnologi yang menuntut kebutuhan untuk dapat menguasai Bahasa Inggris, kurikulum di dunia pendidikan mulai mengalami perubahan. Bahasa Inggris yang semula diperkenalkan kepada siswa SMP, sekarang sudah diperkenalkan kepada siswa SD bahkan siswa yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak atau play group sudah mulai diperkenalkan dengan Bahasa asing ini walau konteks pembelajarannya masih belajar sambil bermain.
            Besarnya kebutuhan untuk mempelajari Bahasa Inggris telah membuat banyak lembaga pendidikan non-formal (English course) berkembang pesat. Pendidikan formal juga sudah mulai membuat kurikulum untuk kelas yang berbasis Internasional. Orang tua mulai menyadari betapa pentingnya menguasai Bahasa Inggris untuk anak-anaknya sehingga mereka sibuk memasukkan anak-anaknya ke lembaga pendidikan non-formal dengan harapan jam belajar yang bertambah akan menambah penguasaan ilmu pengetahuan.

Mengapa Bahasa Inggris penting dipelajari sejak usia dini?
Mempelajari Bahasa Inggris sebagai Bahasa kedua perlu dipelajari sejak usia dini sebelum individu memasuki masa pubertas. Apabila telah mencapai masa pubertas akan banyak kendala yang dihadapi sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal, terutama dalam menguasai pronunciation atau lafal mengucapkan bahasa asing tersebut. Seorang ahli Bahasa Inggris, Lenneberg (1967:116) mengatakan , “there was a neurologically based “critical period”, which complete mastery of language, but it is no longer possible, because it will end around the onset of puberty”. Menurut Lenneberg, seorang individu mempunyai masa penting (periode sensitif) untuk dapat dengan mudah dan cepat menguasai Bahasa, yang disebut dengan “critical period” pada saat  individu tersebut belum memasuki masa pubertas. Ketika masa pubertas itu datang maka “critical period” memudar sehingga akan mengalami kesulitan untuk menguasai Bahasa asing tersebut.. Pakar Bahasa Inggris lainnya, Lightbown & Spada (1999:60) melakukan observasi terhadap anak-anak dari keluarga imigrasi yang datang dari negara lain dan menetap di USA. Penelitian tersebut menemukan bahwa anak-anak imigrasi tersebut yang belum mencapai masa pubertas, dapat berbicara dalam Bahasa Inggris dengan pronunciation yang bagus seperti native speaker. Sedangkan orang tuanya tidak dapat mencapai kemampuan seperti anak-anaknya. Memang para orang tua tersebut dapat berbicara dengan lancar tetapi mereka mempunyai kesulitan dalam pronunciation, pemilihan kata, dan grammar yang seharusnya digunakan. 
Masalah selanjutnya yang timbul adalah psychological factor. Individu yang mulai mempelajari Bahasa Inggris ketika sudah mencapai masa pubertas akan dipengaruhi oleh masalah psikologi. Karena mereka mempunyai motivasi yang berbeda dengan anak-anak. Kalau anak-anak belajar Bahasa Inggris sambil bermain dan dalam suasana yang relax, tidak demikian halnya dengan orang dewasa yang mempelajari Bahasa Inggris. Individu yang sudah mencapai masa pubertas mempunyai kemampuan untuk membaca dan menganalisa situasi yang mereka hadapi. Sehingga mereka merasa bahwa kemampuan dan kemajuan mereka menguasai bahasa asing tersebut dievaluasi. Mereka merasa malu apabila tidak mencapai level yang ditargetkan. Hal tersebut dapat membuat mereka frustasi ketika menyadari kemampuan Bahasa Inggrisnya masih kurang. Faktor psikologi semacam ini dapat membuat individu tersebut gagal dalam pembelajaran.

Bagaimana cara mengajar Bahasa Inggris kepada anak-anak?
Sebenarnya proses pembelajaran itu dapat dilakukan di rumah dengan melibatkan orang-orang di sekitar anak tersebut seperti orang tua atau caretaker. Orang tua dapat mengambil peran aktif untuk memperkenalkan Bahasa Inggris kepada putra putrinya sejak dini. Tentu saja materi pembelajaran itu perlu dikemas sedemikian rupa sehingga anak tertarik untuk mempelajarinya. Tanpa disadarinya ketika sedang bermain, anak tersebut telah masuk dalam proses pembelajaran. Berikut ini adalah kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris yang dapat dilakukan di rumah.
  1. Pertama kali yang harus diperhatikan adalah suasana ruangan di mana anak melakukan aktivitas pembelajaran. Kita harus dapat menciptakan suasana yang relax pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu materi harus dikemas semenarik mungkin karena anak-anak cenderung mudah bosan terhadap aktivitas yang monoton.
  2. Sebagai perkenalan awal terhadap Bahasa Inggris, kita dapat menggunakan lagu-lagu berbahasa Inggris. Ini adalah salah satu cara untuk memasukkan unsur Bahasa itu ke dalam pikiran anak sehingga anak akan terbiasa mendengarkan kata-kata yang dinyanyikan dalam lagu tersebut. Selanjutnya mereka dengan mudah ikut menyanyikan lagu-lagu tersebut. Kita dapat memulainya dengan lagu-lagu sederhana yang mudah diterima anak, seperti lagu ABC. Seiring dengan perkembangan kemampuan anak, kita dapat memberikan lagu-lagu yang lebih complex, seperti Old MacDonald.
  3. Kita juga dapat menggunakan film animasi sebagai media untuk menarik minat anak mempelajari Bahasa Inggris. Warna yang cerah dan pronunciation (pelafalan kata) yang sangat jelas dalam film tersebut dapat membuat anak mudah mengerti dan dapat mengasah kemampuan mereka untuk menguasai vocabulary dan grammar. Carilah film animasi yang memang dibuat untuk belajar Bahasa Inggris. Kita dapat memulainya dengan film yang sederhana, seperti Dora the Explorer, yang setelah itu dikembangkan dengan film yang lebih complex, seperti Disney movies.
  4. Internet juga dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran. Banyak program online yang dapat digunakan sebagai materi pembelajaran seperti game, song, dan aktivitas yang lain.
  5. Menguasai grammar memang bukan hal yang mudah bagi anak yang belajar Bahasa Inggris sebagai Bahasa kedua. Belajar grammar juga hal yang membosankan bagi mereka. Maka kita harus dapat memciptakan proses pembelajaran yang menarik buat anak. Kita dapat menggunakan lagu untuk mengajar grammar kepada anak. Kita dapat memulainya dengan mencari lagu yang mengandung unsur grammar yang ingin kita ajarkan kepada anak. Contohnya lagu di bawah ini:
As I was going to St Ives
I met a man with seven wives
And every wife had seven sacks
And every sack had seven cats
And every cat had seven kits
Kits, cats, sacks, wives
How many were going to St Ives?
Lagu ini ditulis dengan menggunakan bentuk past tense karena menceritakan kejadian yang telah berlalu. Kata kerja yang digunakan adalah kata kerja kedua (Verb 2). Sambil menyanyikan lagu ini, kita dapat menekankan pada kata kerja. Kita berikan penjelasan kepada anak tentang bentuk past tense ini sambil bernyanyi, sehingga anak tidak merasa bosan belajar grammar. Kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan, seperti: Mana kata kerja pada lirik lagu pertama? Apa artinya? Apakah ada kata benda? Tunggal atau jamak? How many sacks did every wife have? How many cats did every sack have?,  dan sebagainya. Sebenarnya ada banyak cara untuk mengajar grammar. Selain melalui lagu, anak-anak juga dapat belajar grammar melalui permainan (a grammar game), misalnya dengan cara melengkapi kalimat. Metode ini dapat mengasah kemampuan anak untuk membuat kalimat dan memperkaya perbendaharaan kata (vocabulary).

Memang tidak mudah mengajarkan Bahasa Inggris sebagai Bahasa kedua buat anak kita karena kita tinggal di lingkungan yang tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi. Lain halnya dengan anak-anak Indonesia yang tinggal di Amerika, Australia atau Inggris. Mereka tinggal di lingkungan yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi (English speaking environment), sehingga akan lebih mudah menguasai Bahasa asing tersebut. Namun, kita dapat memperkenalkan Bahasa asing tersebut kepada anak sejak usia dini. Pada usia tersebut anak masih mempunyai kemampuan untuk menguasai Bahasa kedua dengan lebih mudah.